Petualangan Belajar Gender Wayang Bali dan Gamelan Lintas Negara

Gender Wayang merupakan salah satu barungan atau perangkat gamelan Bali yang memiliki lima nada berlaras slendro. Gamelan ini digunakan khususnya untuk mengiringi pertunjukan Wayang Kulit dan Wayang Wong (Suharta dan Suryatini, 2013). Gender wayang Bali saat ini tidak hanya dimainkan oleh orang dewasa, anak-anak sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah pun mulai belajar cara memainkan gender wayang Bali. Hal ini dapat diamati melalui berbagai festival dan perlombaan yang diselenggarakan di tingkat sekolah dasar dan menengah, yang menegaskan inklusivitas dan minat yang meningkat terhadap seni gamelan di kalangan generasi muda (Bhumi dan Santosa, 2019). Bukan hanya orang Bali saja yang bisa memainkan instrumen ini, orang mancanegara juga banyak yang bisa memainkan alat musik ini. Dan tahukah kalian, saya sebagai orang Indonesia pertama kali mengenal dan belajar gender Bali justru dengan teman saya dari Amerika yang merupakan peserta Beasiswa Darmasiswa. Nah, disini saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya berkawan dengan teman-teman Darmasiswa dan belajar Gender Bali darinya.

Saya adalah orang Jawa dan seorang mahasiswa seni dari Jurusan Karawitan di sebuah perguruan tinggi seni yang bertempat di Jawa. Bertepatan pada saat saya berada di semester 5, saya bertemu dengan orang-orang asing dari beberapa negara yang mengikuti program beasiswa pertukaran ke Indonesia (Darmasiswa). Di Jurusan Karawitan, saya menemukan seorang mahasiswa Amerika yang menarik perhatian saya. Ia memiliki minat yang besar dalam mempelajari gamelan, sebuah hal yang saya anggap unik. Kenapa unik? Karena pada kenyataannya dia bukanlah seorang warga negara Indonesia, namun sudah memiliki keterampilan bermain Gender wayang Bali dengan berbagai repertoar tabuh (gending dalam konteks karawitan Bali). Selama lima semester kuliah, saya belum pernah melihat seorang pun memainkan gender Wayang Bali di Gedung Jurusan tempat saya belajar. Sedangkan, saat itu saya sangat yakin bahwa tidak ada satu pun dari rekan-rekan mahasiswa saya di jurusan Karawitan yang mampu memainkan gender wayang Bali seperti teman saya. Pada mulanya saya belum berminat mempelajari gender wayang Bali. Melihat keunikan tersebut, saya mulai tertarik untuk mempelajari gender Wayang Bali. 

Saya memutuskan untuk berkomunikasi dengannya dan membicarakan topik seputar gender Bali. Dari percakapan kami, saya mulai menyadari bahwa dia memang memiliki passion dalam memainkan gender wayang Bali. Terbukti, dia telah mempelajari instrumen ini selama bertahun-tahun, dan sesekali dia mengajari saya teknik-teknik dasar, seperti cara memegang panggul (alat pemukul), serta memberikan pengetahuan tentang berbagai teknik tabuhan yang digunakan dalam pertunjukan gender wayang Bali. Berkat teman saya tersebut, akhirnya saya mendapat pengalaman dalam mempelajari gender wayang Bali. Hal ini memicu keinginan saya untuk terus mencari informasi dan mengeksplorasi lebih dalam alat musik tersebut, sampai akhirnya keberuntungan pun berpihak pada saya. Tak disangka saya menemukan bahwa salah satu kakak tingkat saya dari program pascasarjana di kampus ternyata berasal dari Bali dan menguasai instrumen gender Bali. Hal ini membuka peluang bagi saya untuk belajar secara intensif tentang tabuhan gender wayang Bali bersamanya.

Berkaitan dengan temanku dari program Darmasiswa, proses pembelajaran kami menghadapi berbagai kendala, terutama dalam hal komunikasi, dan mungkin saya perlu beradaptasi dalam memahami metode yang diajarkan. Namun, pengalaman ini takkan pernah saya lupakan. Menariknya, perkenalan saya terhadap gender wayang Bali bukanlah berkat seorang sesama warga Indonesia, melainkan dari seorang mahasiswa asal Amerika (mancanegara). Mungkin terdengar sedikit lucu bahwa gender wayang Bali, alat musik gamelan asli dari Indonesia, justru saya pelajari dari orang asing. Namun, pada zaman ini hal seperti itu seharusnya tidak menjadi masalah. Batas negara bukanlah halangan untuk siapapun belajar gamelan. Oleh karena itu, sebagai warga Indonesia kita patut bangga bila gamelan bisa mendunia.

Meskipun menjadi hal yang langka, bahwa orang Indonesia belajar gender wayang Bali dari orang asing, hal ini menunjukkan bahwa kecintaan dan minat terhadap seni tidak mengenal batas negara. Lebih lanjut, pengalaman belajar dari berbagai latar belakang budaya dapat memperkaya pemahaman dan apresiasi terhadap seni tradisional Indonesia. Masyarakat mesti segera menyadari bahwa Gamelan milik Indonesia adalah kebudayaan yang bisa dipelajari oleh siapapun baik orang lokal maupun asing, baik muda maupun tua. Sudah bukan zamannya gamelan selalu dikaitkan dengan hal-hal seperti, kuno, mistis yang membuat generasi sekarang tidak berminat. Buktinya justru gamelan kita sekarang lestari di luar sana dan kita patut mengapresiasinya.

KEPUSTAKAAN

Bhumi, I. M. B. P., & Santosa, H. (2019). Pelatihan Gender Wayang Pada Generasi Muda Bali Untuk Melawan Dampak Negatif Kemajuan Teknologi. Kalangwan Jurnal Seni Pertunjukan, 5, 1–7.

Suharta, I. W., & Suryatini, N. K. (2013). PROSES PEMBELAJARAN GAMELAN GENDER WAYANG  BAGI MAHASISWA ASING DI ISI DENPASAR.

Oleh Muhammad Ainun Zibran

Mahasiswa Jurusan Karawitan ISI Surakarta

Leave a comment